Minggu, 09 November 2008

Sajak - Sajak Dari Lombok Timur


Fatih Kudus Jaelani

CAMAR HITAM

hilang semua awan

Ada camar yang tak sampai

Dari sapuan angin

yang bermimpi

pada ketinggian langit


ANAK BINGKISAN PASIR
Aku anak bingkisan pasir

siapa tahu siapa peduli

hidupku jalan angin

mencari ranting yang terbakar

nyawaku lepasan napsu

saat kering air susu hawa

pastikan dalam takdir

duniaku tersapu ombak

Aku anak bingkisan pasir

mencari tahu nafas yang peduli

panas lingkaran bulan

mencari malam yang tak kunjung siang

berdiri ibaku

pada jantungku

tegak, sampai hilang darah api

dan terbelah hati adam

hingga menjelma butiran emas pasirku

aku anak bingkisan pasir

tak ada yang menyentuh apalagi mengantongi

meski samudra menemani

mereka selalu menginjak tawaku

jutaan buih menyambut menangisi

layar kan terdampar di punggungku

salah apa pada butir hina ini

haruskah tiada hitam seluruh badan

apa haram jika seluruh duri berlari

menusuk setiap langkah nelayan

atau para cendikiawan dan wisatawan

mungkin dosa saat anak anak membuat candi bernyawa

berguling mencari awan kenikmatan

dan mencuri setiap hidup nafas karang

hanya saja tak ada yang menjawab

palung tak sampai kulihat

kutunggu ikan tawar terdampar

hanya dia yang menyimpan jawab

aku anak bingkisan pasir

takkan pernah tahu, cukup kucari

ombak yang peduli

sampai lautan tawar


aku anak bingkisan pasir

Ramadan, 06 September 2008

PASAR KECIL DI PINGGIR PANTAI

Saat mentari di tepian bukit

Gumpulan-gumpulan awan kecil menutup sinar

Sorotkan mata pada perahu ombak surat

Saat ember-ember kehidupan penuh tersambut

Anak kecil yang berlari mendayung pasir

Kabarkan bunda, ayah pulang melaut senja

Dan kerumunan kecil menjadi pasar

Di atas pasir

Gelombang sunyi

Dompu-Hu’u, 19-Oktober-2008

Amir Fawas
Sajak Hijau

Kubungkus kau dengan kata

Kutorehkan tinta sajak hijau

Di tengah ladang tembakau

Menghampiri sejuta kicau

Melebur dosa para datu belata

Lepas beban memikul harapan

Di balik bangunan tua

Terngiang suara azan

Langit bisu
Bumi haru

DEBU DINDING BATU

Bagai debu menampar dinding batu

Tengah kerumunan barisan karnivora

Memerah langit menahan sesak awan berarak

Melebur jiwa, kata merangkai

Keluhan angan terasa hambar

Memberi secawan sudut ruang

Angin meniup janji pada pujangga

Teringat kata, kan kurangkai sebuah makna

Sebagai tanda penebus dosa

Sepanjang perjalanan perpisahan

Sesal tertiup angin malam

Memberi sejuk relung jiwa

Hingga terucap

Salam perpisahan, untuk berjumpa

padamu sang pujangga
Terminal Sanggar, 06 agustus 08

Fatih Kudus Jaelani,sedang menyelesaikan study strata satunya di PBSID STKIP Hamzan Wadi Pancor. Bergiat di Komunitas Rumah Sungai.

Amir Fawas,tinggal di Pancor, Lombok Timur. Kuliah PBSID STKIP Hamzan Wadi Pancor.

Selengkapnya...