Fatih Kudus Jaelani
CAMAR HITAM
hilang semua awan
Ada camar yang tak sampai
Dari sapuan angin
yang bermimpi
pada ketinggian langit siapa tahu siapa peduli hidupku jalan angin mencari ranting yang terbakar nyawaku lepasan napsu saat kering air susu hawa pastikan dalam takdir duniaku tersapu ombak Aku anak bingkisan pasir mencari tahu nafas yang peduli panas lingkaran bulan mencari malam yang tak kunjung siang berdiri ibaku pada jantungku tegak, sampai hilang darah api dan terbelah hati adam hingga menjelma butiran emas pasirku aku anak bingkisan pasir tak ada yang menyentuh apalagi mengantongi meski samudra menemani mereka selalu menginjak tawaku jutaan buih menyambut menangisi layar kan terdampar di punggungku salah apa pada butir hina ini haruskah tiada hitam seluruh badan apa haram jika seluruh duri berlari menusuk setiap langkah nelayan atau para cendikiawan dan wisatawan mungkin dosa saat anak anak membuat candi bernyawa berguling mencari awan kenikmatan dan mencuri setiap hidup nafas karang hanya saja tak ada yang menjawab palung tak sampai kulihat kutunggu ikan tawar terdampar hanya dia yang menyimpan jawab takkan pernah tahu, cukup kucari ombak yang peduli sampai lautan tawar Gumpulan-gumpulan awan kecil menutup sinar Sorotkan mata pada perahu ombak surat Saat ember-ember kehidupan penuh tersambut Anak kecil yang berlari mendayung pasir Kabarkan bunda, ayah pulang melaut senja Dan kerumunan kecil menjadi pasar Di atas pasir Gelombang sunyi Kutorehkan tinta sajak hijau Di tengah ladang tembakau Menghampiri sejuta kicau Melebur dosa para datu belata Lepas beban memikul harapan Di balik bangunan tua Terngiang suara azan Tengah kerumunan barisan karnivora Memerah langit menahan sesak awan berarak Melebur jiwa, kata merangkai Keluhan angan terasa hambar Memberi secawan sudut ruang Teringat kata, kan kurangkai sebuah makna Sebagai tanda penebus dosa Sepanjang perjalanan perpisahan Sesal tertiup angin malam Memberi sejuk relung jiwa Salam perpisahan, untuk berjumpa padamu sang pujangga
ANAK BINGKISAN PASIR
Aku anak bingkisan pasir
aku anak bingkisan pasir
aku anak bingkisan pasir
Ramadan, 06 September 2008
PASAR KECIL DI PINGGIR PANTAI
Saat mentari di tepian bukit
Dompu-Hu’u, 19-Oktober-2008
Amir Fawas
Sajak Hijau
Kubungkus kau dengan kata
Langit bisu
Bumi haru
DEBU DINDING BATU
Bagai debu menampar dinding batu
Angin meniup janji pada pujangga
Hingga terucap
Terminal Sanggar, 06 agustus 08
Fatih Kudus Jaelani,sedang menyelesaikan study strata satunya di PBSID STKIP Hamzan Wadi Pancor. Bergiat di Komunitas Rumah Sungai.
Amir Fawas,tinggal di Pancor, Lombok Timur. Kuliah PBSID STKIP Hamzan Wadi Pancor.
Fatih, saya suka ANAK BINGKISAN PASIR, mengingatkan saya pada BETA PATTIRAJAWANE-nya Chairil Anwar, tentu saja pada dimensi yang lain, namun suasana batin, pesan dan rohnya seperti dihembuskan sang empu. Good luck, Bro!
BalasHapusHai Fatih, kapan-kapan kita bertemu. ada banyak hal yang perlu kita bagi. salam kenal !
BalasHapusada yang kenal indriana fathul gak?
BalasHapusdari Teater Bening lombok timur
guri di SMKN2 Kuripan Lombok Barat